Jakarta Kering Air Tanah Turun 5 Meter
JAKARTA, KOMPAS - Permukaan air tanah dalam di kawasan Kuningan turun dua sampai lima meter akibat penyedotan yang berlebihan oleh aktivitas komersial, hotel, apartemen, dan perkantoran. Penyedotan berlebihan menyebabkan banyak sumur penduduk mulai kering dan permukaan tanah turun perlahan.
Menurut Kepala Dinas Pertambangan DKI Jakarta, Peni Susanti, Rabu (5/9) di Jakarta Pusat, penyedotan air tanah dalam secara berlebihan terjadi karena PAM hanya mampu mencukupi 50 persen kebutuhan air Jakarta. Padahal, berbagai aktivitas di Kuningan dan Sudirman membutuhkan air bersih dalam jumlah sangat besar.
Penyedotan air semakin berlebihan saat pasokan air dari PAM tidak mencukupi laju pertambahan aktivitas komersial. Anggota Badan Regulator Perusahaan Air Minum Firdaus Ali mengatakan, penyedotan berlebihan tidak hanya dilakukan pada sumur dalam tetapi juga sumur dangkal.
Akibatnya, banyak sumur warga yang mulai kering karena sumber airnya disedot oleh pengelola gedung-gedung bertingkat. Gunawan, warga Pedurenan Mesjid, mengatakan, air di sumurnya jauh berkurang dan hampir kering sejak hotel dan pertokoan banyak berdiri di sekitar rumahnya.
Untuk konsumsi air, dia hanya mengandalkan pasokan dari PAM. Kondisi yang sama juga dialami oleh banyak tetangganya.
Di kawasan Karet Sawah, beberapa sumur juga mengalami pengeringan sejak beberapa apartemen didirikan di kawasan itu. Akibatnya, masyarakat juga harus mengeluarkan uang lebih untuk membayar air PAM.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mengatakan, pemprov sedang mengintensifkan pengawasan pengeboran air tanah dalam. Pengeboran berlebihan sudah masuk ke tahap mengkhawatirkan dan menyebabkan penurunan permukaan tanah. (ECA)
Menurut Kepala Dinas Pertambangan DKI Jakarta, Peni Susanti, Rabu (5/9) di Jakarta Pusat, penyedotan air tanah dalam secara berlebihan terjadi karena PAM hanya mampu mencukupi 50 persen kebutuhan air Jakarta. Padahal, berbagai aktivitas di Kuningan dan Sudirman membutuhkan air bersih dalam jumlah sangat besar.
Penyedotan air semakin berlebihan saat pasokan air dari PAM tidak mencukupi laju pertambahan aktivitas komersial. Anggota Badan Regulator Perusahaan Air Minum Firdaus Ali mengatakan, penyedotan berlebihan tidak hanya dilakukan pada sumur dalam tetapi juga sumur dangkal.
Akibatnya, banyak sumur warga yang mulai kering karena sumber airnya disedot oleh pengelola gedung-gedung bertingkat. Gunawan, warga Pedurenan Mesjid, mengatakan, air di sumurnya jauh berkurang dan hampir kering sejak hotel dan pertokoan banyak berdiri di sekitar rumahnya.
Untuk konsumsi air, dia hanya mengandalkan pasokan dari PAM. Kondisi yang sama juga dialami oleh banyak tetangganya.
Di kawasan Karet Sawah, beberapa sumur juga mengalami pengeringan sejak beberapa apartemen didirikan di kawasan itu. Akibatnya, masyarakat juga harus mengeluarkan uang lebih untuk membayar air PAM.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mengatakan, pemprov sedang mengintensifkan pengawasan pengeboran air tanah dalam. Pengeboran berlebihan sudah masuk ke tahap mengkhawatirkan dan menyebabkan penurunan permukaan tanah. (ECA)
0 comments:
Post a Comment