'2020, Persediaan Air Bawah Tanah Habis'
Pemkab tak miliki blue print yang jelas soal penyediaan air bersih.
TANGERANG -- Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Tangerang memprediksikan, persediaan air bawah tanah akan habis pada 2020. Kondisi itu, menurut Kasi Air Bersih DLH Kabupaten Tangerang, Ujang Sudiartono, sangat mungkin terjadi lantaran buruknya pengawasan.
Keadaan seperti itu, katanya, sebagai dampak dari penerapan Perda No 6/2002 tentang Pembinaan Pengendalian Pengawasan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan yang tidak konsisten. "Jika pengawasan dilakukan secara konsisten, tidak perlu takut kehabisan air bersih," kata Ujang, Rabu (21/5).
Selain itu, Pemkab Tangerang selama ini tidak memiliki blue print yang jelas terhadap permasalahan penyediaan air bersih. "Kebijakan yang ada selama ini adalah kebijakan makro. Sedangkan, kebijakan yang sifatnya mendetail tidak ada," katanya.
Kurang optimalnya pendistribusian air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Tangerang turut berpengaruh terhadap tingginya pemakaian air bawah tanah. Sebenarnya, Kabupaten Tangerang memiliki potensi sumber daya air permukaan yang banyak. "Air permukaan ini juga merupakan solusi kekurangan air bersih."
Air permukaan di Kabupaten Tangerang terdiri atas situ-situ (danau) dan sungai-sungai besar seperti Sungai Cisadane. Selama ini, sebanyak 90 persen industri di Tangerang memanfaatkan air tanah untuk operasionalisasinya. Seharusnya, industri yang berada di dekat potensi air permukaan tidak menggunakan air tanah.
Saat ini, Pemkab Tangerang memiliki rencana yang akan dilaksanakan pada 2009, yaitu kerja sama pemerintah-swasta (KPS). "Dalam kerja sama ini, pemkab akan lebih banyak mengoptimalkan swasta untuk pemanfaatan potensi air permukaan," katanya.
Wakil Ketua DPRD Kabupaten Tangerang, Arif Wahyudi, mengatakan, Pemkab Tangerang harus meninjau kembali perizinan terhadap pengambilan air tanah oleh industri-industri tersebut. "Selain itu, potensi air juga harus ditambah," katanya. Ia menegaskan bahwa prediksi akan habisnya air bersih ini adalah otokritik bagi pemkab saat ini.
Tak hanya di wilayah Kabupaten Tangerang, seluruh warga di Kelurahan Kamal, Kecamatan Kalideres, Jakbar, belum mendapatkan pelayanan air bersih. Kondisi itu diperparah lagi dengan kualitas air bawah tanah yang tidak baik.
Lamin Subin, salah seorang warga, mengatakan sudah sejak lama dia tak menggunakan air bersih dari pemerintah. "Pipanya saja, saya tidak tahu ada atau tidak," katanya.
Air yang berasal dari sumur bor miliknya, kata Lamin, warnanya tidak jernih, sedikit kekuning-kuningan, rasanya juga sedikit asin. "Air dari sumur sama sekali tidak bisa buat air minum," ujarnya.
Untuk mendapatkan air bersih, dia harus membeli kepada penjual air keliling. Air tersebut dijual dalam galon dengan kapasitas 20 liter. "Sepikul air harganya Rp 2.000, sepikul air terdapat dua galon air bersih."
Bambang Setiawan, Kasi Pelayanan dan Penanganan Sengketa Lingkungan, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Jakarta Barat, mengatakan kualitas air yang buruk di Kecamatan Kalideres dan Cengkareng karena air laut sudah meresap masuk ke lapisan air permukaan.
Fakta Angka
90 Persen
Industri di Kabupaten Tangerang menggunakan air bawah tanah.
Sumber: republika.co.idsumur bor artesis
Jasa Pembuatan Sumur Bor Artesis
Jasa Kontraktor Proyek Pembuatan Sumur Bor Artesis Air Tanah Perumahan, Hotel maupun Industri
Didukung Ahli dan Tukang Berpengalaman Kami Menawarkan Jasa pembuatan sumur bor Artesis untuk beragam keperluan baik perumahan, Hotel dan Industri.Pengeboran Dilakukan dengan Mesin Bor Khusus yang relatif lebih cepat dan memiliki kemampuan yang cukup untuk memperoleh kedalaman sesuai dengan sumber air yang ada. 30 -200 meter.
Hubungi
Tel/Fax :021-73888872, 021-7372864,021-70692409
Mengatasi Masalah Air Bau, Keruh, Kuning, Tercemar Logam dll, GARANSI.
Air Bersih, Kini Tidak Masalah Lagi
1 comments:
nice artikel...
wah klo persediaan air tanah abis kita semua mau minum apa???
gmana cara menanggulangi itu semua???
thanks ya atas infonya...
sangat bermanfaat...
Post a Comment