Selain Krisis Energi juga Krisis Air
SELAIN krisis energi sebagaimana dialami kita saat ini, juga terjadi krisis air. Air bersih dan baik, semakin sulit diperoleh, baik melalui PDAM maupun air yang diambil dari tanah atau sumur bor. Untuk memperoleh air bersih itu, harus membeli ke pedagang pikulan seharga Rp 800 sd Rp 1000,- per jarigen. Air yang dibeli itupun hanya digunakan untuk minum dan memasak, sedangkan untuk mandi dan mencuci pakaian dan barang perabotan dapur menggunakan air pompa yang kualitasnya sangat rendah karena sudah tercemari oleh berbagai zat kimia
Krisis energi ditandai dengan mahalnya bahan bakar minyak (BBM). Kenaikan itu, karena semakin berkurangnya minyak yang kita sedot dari perut bumi. Dipihak lain, kebutuhan BBM untuk 200 juta-an penduduk Indonesia terus bertambah seiring meningkatkan konsumsi BBM untuk operasional kendaraan bermotor. Energi yang berasal dari perut bumi atau bersumber dari fosil binatang itu, pasti akan berkurang. Oleh karena itu langkah yang tepat adalah mengurangi konsumsi, sehingga bisa digunakan oleh anak turunan kita.
Sekarang, khsususnya dimusim kemarau, kita mengalami kekeringan. Diberbagai daerah telah terjadi kekeringan pada lahan-lahan sawah dan untuk kepentingan kehidupan sehari-hari semakin sulit diperoleh. Di kota-kota, masyarakat sudah jarang menemukan air yang diolah PDAM. Kapasitas hasil dari PDAM tidak sebanding dengan kebutuhan penduduk. Disisi lain penggunaan air bawah tanah dan air bersumbetr mata air sudah dikuasai sektor usaha swasta. Pengusaha menjualnya sekedar kepentingan pribadi usahanya. Padahal sumber air itu bukan miliki Pemerintah, badan usaha atau masyarakat sekalipun. Tapi itu milik seluruh rakyat. Bumi, air dan udara adalah diolah untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Khususnya di perkotaan, misalnya Kota Bandung, air menjadi barang mahal. Mereka harus membelinya, lewat PDAM dan pedagang pikulan. Mencari air melalui sumber air sumur bor, hasilnya tidak bagus. Karena umumnya banyak mengandung zat-zat kimia yang berbahaya bagi tubuh manusia, misalnya mangan, besi dan sianida. Semua zat kimia berbahaya itu dihasilkan dari limbah-limbah pabrik yang dialirkan melalui sunga-sungai. Apabila suatu kawasan dibangun diatas lahan bekas sawah, maka tanahnya akan terkontaminasi oleh zat kimia dari urea dan lainnya, sehingga bercampur dengan tanah meresap hingga puluhan meter kedalaman tanah. Umumnya, di perubahan yang arealnya bekas persawahan, sumber air sumur bor airnya tidak bagus. Untuk mendapatkan air yang bersih, maka harus melalui suatu alat filter yang harganya cukup mahal, dan itupun tidak bisa diminum, jadi hanya sekedar untuk mandi dan cuci pakaian.
Mengambil air lebih dalam lagi untuk mencapai sumber air bersih (mata air) rasanya sudah kekeringan, karena sumber penyerapan air di daerah utara Bandung sudah tidak berdungsi. Hal demikian dikarenakan pegunungan yang membentang dari daerah Kawasan Kota Cimahi, hingga ujung kota Bandung (Ujung Berung) nyaris seratus persen gundul yang diakibatkan menggunaan lahan untuk perubahan elite dan perkebunan khususnya kebun sayuran. Khusus dikawasan penyerapan air seperti, di Punclut, Gunung Manglayang, Daguo Utara, Ciumbuluit, Kawasan Ciburial dlsb. Habil total. Semua telah beralih fungsi menjadi lahan perumahan. Jadi, sangatlah pantas, kawasan itu tidak bisa menyerap air. Karena ketika musim hujan itu, air menggelontor begitu saja ke bawah menggerus apa saja yang dilaluinya hingga berakhir disungai-sungai. Padahal peneyerapan air itu adalah sangat penting bagi masyarakat Kota Bandung.
Keadaan kelangkaan sumber air diperparah dengan kesewenang-wenangan perusahaan menggali sumber air melalui sistem pengeboran artesis – ratusan meter yang mutu airnya bagus. Satu perusahaan, bisa menggali antara dua sampai lima sumber air walaupun itu melanggar aturan dan biasanya oknum aparat ikut bermain didalamnya.
Apabila kita tidak segera menyelamatkan sumber-sumber air dan tidak menertibkan pengambilan air bawah tanah, maka kedepan, anak cucu kita akan lebih sulit mendapatkan air bersih dan baik.
Untuk itu, peran Pemerintah daerah dan masyarakat harus cepat bertindak dengan melakukan langkah-langkah yang nyata, seperti : stop perijinan di daerah serapan air, lakukan penghijauan hutan-hutan di daerah pegunungan, lakukan penegakan hukum terhadap pelanggar toch peraturannya telah ada, berhemat dalam penggunaan air dan penggunaan sumber air.
Langkah seperti itu sebenarnya sudah dilakukan oleh berbagai tingkatan pemerintahan, namun acapkali tidak ajeg atau konsisten, sehingga terkesan seadanya saja yang mengakibatkan berbagai pihak menggunakannya untuk kepentingan dirinya, sebagaimana kasus Tanah Punclut yang akhirnya secara total dijadikan perumahan dan ijinya telah keluar pula.
Bangsa yang baik, adalah banga yang para pemimpinnya mewariskan kebaikan baik para anak cucunya.
Sumber : publikanews-jabar.blogspot.com
sumur bor artesis
Jasa Pembuatan Sumur Bor Artesis
Jasa Kontraktor Proyek Pembuatan Sumur Bor Artesis Air Tanah Perumahan, Hotel maupun Industri
Didukung Ahli dan Tukang Berpengalaman Kami Menawarkan Jasa pembuatan sumur bor Artesis untuk beragam keperluan baik perumahan, Hotel dan Industri.Pengeboran Dilakukan dengan Mesin Bor Khusus yang relatif lebih cepat dan memiliki kemampuan yang cukup untuk memperoleh kedalaman sesuai dengan sumber air yang ada. 30 -200 meter.
Hubungi
Tel/Fax :021-73888872, 021-7372864,021-70692409
Mengatasi Masalah Air Bau, Keruh, Kuning, Tercemar Logam dll, GARANSI.
Air Bersih, Kini Tidak Masalah Lagi
0 comments:
Post a Comment