Membangun Sumur Pompa Air
Sawah Mulai Kekurangan Air, Warga Gali Sumur
Debit Air Waduk Saguling dan Cirata Menurun
Purwakarta, Kompas - Warga mulai mengatasi kekeringan akibat intensitas hujan dan debit air yang berkurang dengan berbagai cara. Petani di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, menggali sumur untuk mengairi sawah mereka. Adapun warga Gunungpati, Semarang, Jawa Tengah, berupaya membangun bak penampung air.
Di berbagai wilayah Purwakarta, sawah, terutama tadah hujan, mulai kekurangan air. Untuk menambah pasokan air itulah petani di Kecamatan Campaka membuat sumur di sawah mereka. Selain itu, menurut Dedi Setyadi, Kepala Bidang Bina Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Purwakarta, Rabu (18/7), pemerintah juga memberi pompa.
Pompa tersebut terutama untuk mengairi tanaman padi yang masih memasuki masa vegetatif, seperti di Kecamatan Campaka dan Manis.
Adapun di sebagian Kecamatan Gunungpati, Semarang, kekeringan telah memasuki bulan keempat akibat menyusutnya permukaan Sungai Gayam. Sungai itu merupakan satu-satunya sumber air bersih bagi kampung Kalilalang Baru, Kelurahan Sukorejo.
Agar air bersih tetap tersedia, warga pun membangun bak penampung air. Pembangunan kolam berkapasitas 4.000 liter itu sudah direncanakan warga sejak dua tahun silam.
Sejak itu, mereka bersama- sama mengumpulkan uang hingga terkumpul Rp 1,2 juta. Sayang, pembuatan bak penampung belum rampung karena dana tidak lagi mencukupi.
Di Jawa Barat, awal kemarau juga ditandai dengan turunnya debit air yang masuk ke dua waduk besar, Cirata dan Saguling. Ketinggian air Waduk Cirata juga berkurang (dari 217 meter menjadi 214,98 meter di atas permukaan laut/mdpl) dan mengancam budidaya ikan air tawar menggunakan jaring apung dan produksi listrik.
Turunnya debit air Waduk Cirata mulai terlihat sejak Mei lalu tatkala air yang masuk ke waduk 158 meter kubik per detik. Air yang masuk itu di bawah desain rata-rata, yakni 203 meter kubik per detik.
Permukaan Cirata
Permukaan air Cirata yang terus menurun juga mengancam produksi listrik yang mendukung sistem kelistrikan Jawa-Bali. Dengan delapan pembangkit yang masing-masing berkapasitas 126 megawatt, PLTA Cirata menghasilkan tegangan 16,5 kilovolt.
Menurut Spesialis Lahan dan Kolam Jaring Apung Badan Pengelola Waduk Cirata PT Pembangkitan Jawa-Bali Munandir, produksi listrik di Cirata akan terhenti jika elevasi air waduk mencapai 205 mdpl. PLTA Cirata merupakan pembangkit listrik yang diandalkan untuk mengangkat beban puncak di Jawa-Bali.
Debit Air Waduk Saguling dan Cirata Menurun
Purwakarta, Kompas - Warga mulai mengatasi kekeringan akibat intensitas hujan dan debit air yang berkurang dengan berbagai cara. Petani di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, menggali sumur untuk mengairi sawah mereka. Adapun warga Gunungpati, Semarang, Jawa Tengah, berupaya membangun bak penampung air.
Di berbagai wilayah Purwakarta, sawah, terutama tadah hujan, mulai kekurangan air. Untuk menambah pasokan air itulah petani di Kecamatan Campaka membuat sumur di sawah mereka. Selain itu, menurut Dedi Setyadi, Kepala Bidang Bina Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Purwakarta, Rabu (18/7), pemerintah juga memberi pompa.
Pompa tersebut terutama untuk mengairi tanaman padi yang masih memasuki masa vegetatif, seperti di Kecamatan Campaka dan Manis.
Adapun di sebagian Kecamatan Gunungpati, Semarang, kekeringan telah memasuki bulan keempat akibat menyusutnya permukaan Sungai Gayam. Sungai itu merupakan satu-satunya sumber air bersih bagi kampung Kalilalang Baru, Kelurahan Sukorejo.
Agar air bersih tetap tersedia, warga pun membangun bak penampung air. Pembangunan kolam berkapasitas 4.000 liter itu sudah direncanakan warga sejak dua tahun silam.
Sejak itu, mereka bersama- sama mengumpulkan uang hingga terkumpul Rp 1,2 juta. Sayang, pembuatan bak penampung belum rampung karena dana tidak lagi mencukupi.
Di Jawa Barat, awal kemarau juga ditandai dengan turunnya debit air yang masuk ke dua waduk besar, Cirata dan Saguling. Ketinggian air Waduk Cirata juga berkurang (dari 217 meter menjadi 214,98 meter di atas permukaan laut/mdpl) dan mengancam budidaya ikan air tawar menggunakan jaring apung dan produksi listrik.
Turunnya debit air Waduk Cirata mulai terlihat sejak Mei lalu tatkala air yang masuk ke waduk 158 meter kubik per detik. Air yang masuk itu di bawah desain rata-rata, yakni 203 meter kubik per detik.
Permukaan Cirata
Permukaan air Cirata yang terus menurun juga mengancam produksi listrik yang mendukung sistem kelistrikan Jawa-Bali. Dengan delapan pembangkit yang masing-masing berkapasitas 126 megawatt, PLTA Cirata menghasilkan tegangan 16,5 kilovolt.
Menurut Spesialis Lahan dan Kolam Jaring Apung Badan Pengelola Waduk Cirata PT Pembangkitan Jawa-Bali Munandir, produksi listrik di Cirata akan terhenti jika elevasi air waduk mencapai 205 mdpl. PLTA Cirata merupakan pembangkit listrik yang diandalkan untuk mengangkat beban puncak di Jawa-Bali.
0 comments:
Post a Comment