Ratusan Pelanggan PDAM Bekasi Terpaksa Minum Air Asin

Bekasi, Kompas - Ratusan pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum Bekasi di beberapa desa di Kecamatan Cabangbungin, Kabupaten Bekasi, sudah sebulan belakangan ini terpaksa minum air asin. Warga yang kebanyakan petani itu terpaksa tetap menggunakan air yang asin tersebut untuk memasak dan minum karena tidak punya pilihan lain. Ini disebabkan sumur-sumur air bawah tanah kualitas airnya tidak bagus atau sudah kering. Persoalan tersebut hingga kini belum ditanggapi PDAM setempat.

Direktur Umum PDAM Bekasi Dana Satria di Bekasi, Rabu (20/8), membenarkan adanya keluhan pelanggan PDAM di Cabangbungin. Jumlah pelanggan di sana mencapai sekitar 250 sambungan. Menurut dia, rasa asin itu karena ada intrusi air laut yang masuk ke dalam Kali Ciherang yang merupakan sumber pasokan air untuk kebutuhan warga Cabangbungin.

"Ini semata-mata faktor alam. Karena ada intrusi air laut ke pasokan sumber air PDAM di Cabangbungin, akibatnya air yang diterima warga rasanya asin," kata Dana.

Dana mengatakan tak mungkin untuk menghentikan aliran air PDAM karena warga yang mengalami kekeringan sangat membutuhkan air. Akan tetapi, jika ternyata air itu membahayakan, PDAM akan menghentikan pengalirannya ke rumah- rumah warga. Hingga kini, belum ada pengaduan dari warga yang mengeluhkan gangguan kesehatan akibat minum air PDAM yang asin.

"Kalau memang dibutuhkan, bisa saja nanti dikirim tangki air ke sana supaya warga mendapatkan air tawar. Kami biasa kok memberikan bantuan tangki air kepada warga yang membutuhkan meskipun tidak ada bantuan dana dari pemerintah," kata Dana.

Ia menyebutkan, PDAM Bekasi hanya memiliki sekitar delapan mobil tangki air yang selalu siap menyalurkan bantuan air bersih kepada warga yang mengalami kekeringan.

Hendi, salah seorang pelanggan PDAM di Desa Sindangjaya, menyebutkan, selain di tempatnya, pelanggan di Desa Jayabakti, Desa Lenggahjaya, dan Desa Satiadarma mengeluhkan hal yang sama. "Sudah hampir sebulan ini, warga di Cabangbungin yang pakai air PDAM dapat air asin, terutama air yang keluar pada pukul 13.00 hingga 03.00. Soalnya, aliran air PDAM yang keluar juga sudah enggak lancar. Ya, jam-jam segitu air baru keluar. Eh, yang ada rasanya asin," keluhnya.

Banyak warga yang mengaku tidak mampu membeli air galon isi ulang yang kini banyak dipasarkan dengan harga mulai Rp 2.500 atau membeli air dari pedagang keliling. Setiap bulan, mereka tetap membayar tagihan rekening PDAM yang besarnya Rp 25.000 atau lebih.

"Kalau PDAM enggak dibayar, nanti diputus. Mau pakai air apa. Kalau ditambah harus beli air lagi untuk masak dan minum, rasanya berat juga. Seharusnya ada ganti rugi atau apa gitu ke warga. Kami sudah bayar, tetapi yang didapat tidak memuaskan," kata Hendi.

Sementara itu, sekitar 6.000 warga Desa Sukamekar, Kecamatan Sukawangi, Kabupaten Bekasi, yang saat ini mengalami kekeringan juga terpaksa minum air yang rasanya asin dari sumur bawah tanah. Karena itu, warga memohon Pemerintah Kabupaten Bekasi segera menyalurkan bantuan tangki air bersih untuk memenuhi kebutuhan air minum.

Kepala Desa Sukamekar Madasir menyebutkan, sumur air bawah tanah warga yang memiliki kedalaman delapan meter yang biasanya menghasilkan air yang layak diminum sudah banyak yang kering. Apabila digali lagi, air yang didapat justru air asin.

"Sumur-sumur warga yang kering itu menyebabkan air laut merembes ke sumur sehingga sumur bisa tetap ada airnya, tapi rasanya asin. Ya, berbahaya kalau dipaksakan diminum. Banyak warga akhirnya membeli air galon isi ulang. Sebulan, mereka mengonsumsi delapan atau 10 galon," katanya.

Untuk mendapatkan air tawar dari air bawah tanah, kata Madasir, setidaknya warga harus melakukan pengeboran dengan kedalaman 135-200 meter. Tetapi, jangan dikira air yang diperoleh jernih. Airnya kecoklat-coklatan, namun tidak asin.

Sumur bor yang memakan biaya hingga Rp 5 juta itu disediakan di setiap RW yang dibuat di mushala, lengkap dengan sarana MCK. Namun, hal itu menyulitkan warga yang tinggal jauh dari mushala.

Madasir mengungkapkan, saat musim kemarau ini, air bawah tanah di rumah-rumah warga bisa jadi tercemar air Kali Bekasi yang hitam pekat akibat buangan limbah. Agar tetap dapat mengairi sekitar 300 hektar dari 700-an hektar sawah di desa ini, dilakukan pengairan dengan cara pemompaan dari Kali Bekasi ke areal sawah.

Langkah ini berdampak positif pada sumur-sumur warga karena air Kali Bekasi merembes hingga sumur warga. Tetapi, karena Kali Bekasi mengalami pencemaran berat, dikhawatirkan air itu tak laik minum.

"Saya sudah meminta puskesmas memeriksa kualitas air sumur warga saat ini. Namun, hasilnya belum ada. Saya takut kalau air itu bisa berbahaya. Untuk sementara ini, terpaksa warga harus beli air dulu. Ada juga yang tetap minum air sumur, namun belum ada keluhan yang berarti," jelas Madasir. (ELN)

Dunia Pompa : Dunia Pompa Air Bersih Sumur Bor Artesis Atasi Bau Kering Kuning Tercemar dan Keruh